Setelah dua pekan berada di Mantar, pada hari terakhir kunjungan, kami mengajak kelompok Mantar Berseri untuk membentuk kepengurusan mereka sendiri. Sebuah langkah awal menuju kelompok tenun yang mandiri.
Pertemuan dibuka oleh fasilitator DiTenun, Mirza, yang sekilas kembali mengulas tentang pilihan logo Mantar Berseri, terutama kepada anggota yang tidak hadir saat buka bersama lalu. Dari hasil diskusi, pilihan Dedi, Sabariah, dan Astuti ternyata makin mengukuhkan logo nomor dua sebagai pilihan teman-teman Mantar Berseri. Semuanya berpendapat bahwa logo tersebut memuat unsur yang lengkap menggambarkan Mantar. Akhirnya, logo nomor dua yang dipilih tujuh anggota diputuskan menjadi logo Mantar Berseri.
Terbentuknya Pengurus Mantar Berseri
Sebagai sebuah organisasi yang akan berkembang, Mantar Berseri tentu membutuhkan struktur pengurus agar dapat berproses secara mandiri. Oleh karena secara fungsional belum dibutuhkan struktur lengkap karena proses menenun belum mulai berjalan, maka untuk saat ini hanya diperlukan tiga jabatan, yaitu ketua, sekretaris, dan bendahara.
Dari tujuh peserta yang hadir, Jaswiah, Kepala Desa Mantar, mengusulkan Devi sebagai ketua pengurus. Menurut Jaswiah, Devi dianggap tepat karena baru lulus kuliah dan punya pengalaman organisasi. Nama Tati dan Hasna juga disebut sebagai orang yang tepat menjadi sekretaris dan bendahara. Jaswiah menilai tiga orang ini cocok karena juga belum berkeluarga, sehingga diharapkan memilliki keleluasaan waktu.
Sementara itu, Astuti mengusulkan ibu kepala desa sebagai pembina Mantar Berseri. Sempat terjadi diskusi apakah sebaiknya ketuanya adalah laki-laki, yang dianggap lebih mudah dalam hal mobilitas. Namun, Tati menegaskan bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin, apalagi selama ini peserta laki-laki lebih tidak aktif mengikuti pelatihan karena harus menuntaskan kewajiban di kantor desa.
Akhirnya, setelah berdiskusi cukup panjang, Mantar Berseri memiliki kepengurusan organisasi. Jaswiah sebagai pembina, Sri Devi sebagai ketua, Tati Rosida dan Dedi Dores sebagai sekretaris, serta Hasnawati sebagai bendahara. Tugas terdekat mereka adalah mempersiapkan kelompoknya untuk mengikuti pelatihan tenun pada bulan Mei 2023, serta menyiapkan pertemuan rutin dua pekan sekali.
Dukungan Tim Amman Mineral
Kegiatan ini makin lengkap setelah kedatangan tim Amman Mineral yang meninjau hasil dari rangkaian kelas kali ini. Kepada tim Amman, teman-teman Mantar Berseri kembali mempresentasikan motif tenun yang telah mereka buat. Astuti menceritakan tentang motifnya yang terpilih untuk dieksekusi, yaitu motif rumah panggung dengan latar pakan warna biru yang menggambarkan Mantar sebagai negeri di atas awan.
Setelah itu, Devi juga menceritakan motif tenun jeruk sumbanya yang juga terpilih untuk diproses menjadi kain tenun. Devi yang semula ingin mengganti motif ceker ayamnya dengan guci pamongka, mengungkap bahwa motif tersebut juga bisa merepresentasikan pagar bambu sebagai pembatas rumah yang masih banyak ditemukan di Mantar. Akhirnya, diputuskan bahwa motif pamongka akan dikerjakan sebagai motif baru.
Nancy Margried, founder DiTenun, menceritakan bahwa dalam empat hari pelatihan kreatif, komunitas Mantar Berseri telah menghasilkan lebih dari 20 motif tenun yang terinspirasi dari tumbuhan dan tradisi Mantar. Motif-motif ini kemudian telah diaplikasikan dalam 9 desain kain tenun yang tertuang dalam gambar kertas kerja aplikasi DiTenun.
Beberapa peserta kemudian membagikan pengalaman mereka mengikuti kelas DiTenun. “Saya merasa tidak pandai menggambar. Jadi saya mencari objek yang mudah digambar, seperti ujung galang pipil.” Galang pipil merupakan bantal yang biasanya diberikan dalam seserahan pernikahan di Mantar. Namun, Jaswiah mengakui bahwa gambar sederhana ini menjadi bagus setelah dicerminan dan dijadikan motif. Sementara itu, menurut Devi, menggambar manual memang sulit, tetapi menjadi lebih mudah setelah diproses dalam bentuk digital.
Senior specialist economic empowerment PT Amman Mineral, Lalu Putra, yang hadir di Rumah Tenun Mantar menyampaikan apresiasinya kepada teman-teman Mantar Berseri. “Saya selalu memantau dari Instagram dan mengapresiasi semangat teman-teman mengikuti kegiatan ini. Dan saya tidak menyangka teman-teman Mantar Berseri dan DiTenun dapat menjalani proses ini dengan sabar,” ungkapnya. Respons serupa juga ditunjukkan oleh specialist economic empowerment Amman, Savytri Puspitasari. “Seribu jempol untuk teman-teman Mantar Berseri,” Savytri mengapresiasi.
Sementara itu, ketika ditanya tentang respons peserta tentang pelatihan, Jaswiah menyatakan, “Pihak DiTenun tidak memaksakan kami harus beraktivitas sepanjang hari. Bahkan kami bisa reschedule jadwal sehingga tidak berbenturan dengan kesibukan di ladang dan jelang Lebaran.”
Lebih lanjut, Nancy Margried mengingatkan teman-teman kelompok tenun untuk terus sabar berproses. “Produk tenun Mantar sudah sangat ditunggu. Di awal kegiatan memang belum terbayang prosesnya. Proses ini memang perlu komitmen dan ketekunan. Sekarang setidaknya sudah ada motif digital yang bisa dipamerkan,” ujar Nancy.
Pertemuan terakhir dalam kunjungan kali ini ditutup dengan penyerahan beberapa aset dari DiTenun dan Amman Mineral kepada Mantar Berseri. Aset ini antara lain berupa laptop, proyektor, dan printer yang akan mendukung operasional kelompok tenun ke depannya.