Berkaos seragam, pagi-pagi benar anggota Mantar Berseri dan DiTenun sudah turun dari bukit Mantar. Kami bersama-sama menuju site PT Amman Mineral di Desa Benete, Kecamatan Maluk, Sumbawa Barat. Ini hari yang bersejarah. Teman-teman Mantar Berseri akan mempresentasikan proposal produk tenun mereka kepada Divisi Community Development PT Amman.
Kesempatan langka dan pertama kalinya ini membuat teman-teman yang akan melakukan presentasi memang sempat berdebar dan resah. Jalan yang berkelok-kelok sempat membuat beberapa teman mabuk darat. Namun, mereka ternyata dapat mempresentasikan proposal mereka dengan baik, seperti yang telah dilatih.
Presentasi Mantar Berseri dan Apresiasi Amman
Dimas Purnama, Manajer Community Development Amman, mengapresiasi presentasi teman-teman Mantar Berseri. Dimas memberi masukan agar presentasi ini lebih menekankan filosofi motif tenun secara mendalam, karena orang tidak hanya membeli produk, tapi membeli cerita. Cerita ini kemudian perlu dimunculkan pada kemasan atau kartu, terutama jika produk ini menjadi corporate merchandise.
Menurut Dimas, produk-produk yang ditunjukkan sebenarnya sangat berguna. Namun, perlu perbaikan dalam hal kerapian jahitan. Selain itu, mereka ingin motif tenun ini bisa diaplikasikan pada produk dalam program social impact Amman lain, seperti pada papan surfer dan logo liga bola. Dimas juga menyebut bahwa divisi Corporate Communication memang sedang mencari cinderamata perusahaan. Ia juga menekankan akan mengidentifikasi event-event di mana produk tenun ini bisa dimunculkan.
Dalam kesempatan ini, founder DiTenun, Nancy Margried turut menyampaikan kesulitan yang tidak secara langsung berkaitan tapi ikut mempengaruhi aktivitas tenun, yaitu kendala air di Mantar. Waktu, pikiran, dan energi yang banyak habis sekadar untuk mengisi air, seharusnya dapat dialokasikan untuk menenun. Keterbatasan air ini juga membatasi kemungkinan kelompok tenun untuk mempelajari dan mengimplementasikan pewarna alam pada tenun mereka.
Membuat dan Mempresentasikan Proposal Penawaran
Produk yang sudah dibuat perlu ditawarkan kepada calon pembeli-pembeli potensial. Di sinilah proposal penawaran diperlukan untuk mengkurasi dan menampilkan produk-produk ini sehingga lebih mudah dipresentasikan kepada calon pembeli.
Dalam penjelasannya, fasilitator DiTenun, Nancy Margried, menceritakan bahwa pitch deck berperan menunjukkan bentuk dan kegunaan produk, juga dapat sambil diperagakan dan dibicarakan secara langsung. Terdapat beberapa hal yang harus ada dalam presentasi ini, yaitu pengantar, keunikan produk, fitur produk yang menarik, harga, waktu produksi, dan foto katalog produk.
Materi ini kemudian langsung dipraktikkan. Teman-teman Mantar Berseri kemudian dibagi ke dalam dua kelompok dan membuat dua presentasi berbeda, satu untuk hotel/restoran dan satu untuk instansi. Selepas makan siang, mereka belajar mempresentasikan pitch deck ini di hadapan teman-temannya.
Mirza Maulana, fasilitator DiTenun, kemudian memberikan evaluasi dan masukan terhadap presentasi ini. Rangkaian pembuatan dan presentasi pitch deck ini menjadi persiapan presentasi yang sesungguhnya pada Senin depan. Latihan ini dilanjutkan keesokan paginya, dengan dua anggota yang telah ditetapkan untuk mewakili tiap tim.
Harus diakui, presentasi ini menjadi bagian yang paling menegangkan bagi teman-teman Mantar Berseri yang belum terbiasa bicara di depan umum. Namun, setelah berlatih, tampak beberapa anggota yang ternyata cukup dapat diandalkan dan akan terus berkembang dalam public speaking. Sebagai contoh, Sabariah, yang dalam keseharian termasuk pendiam, ternyata bisa menggunakan kata-katanya sendiri dalam mempresentasikan proposal.
Presentasi di Tepi Pantai
Mantar Berseri mendapat masukan serupa saat melakukan presentasi di hadapan Henry Horthy dan Elsya Erlistya, pemilik Resort Kirana di Sekongkang, Sumbawa Barat. Menurut Henry, ada banyak cerita di balik motif tenun yang harus lebih ditonjolkan. Cerita ini penting dan menarik bagi calon pembeli mereka, yang kebanyakan adalah wisatawan asing. Selain itu, Henry juga berharap produk tenun ini dapat membantu perekonomian warga Mantar.
Elsya sendiri mengutarakan kebutuhan Resort Kirana akan kain sofa, bed runner, sarung bantal tidur, dan produk cinderamata untuk toko souvenir mereka. Cinderamata seperti gelang dengan harga Rp30.000—50.000 menurut mereka akan banyak dicari. Namun, mereka menanyakan ketersediaan produk tenun Mantar dengan warna biru dan toska untuk resor mereka.
Menurut mereka, tenun warna alam lebih banyak dipilih wisatawan asing daripada warna terang dan emas seperti pabasa tenun Mantar. Pemenuhan kebutuhan pesanan ini masih akan dibicarakan bersama teman-teman Mantar Berseri. Setelah presentasi, mereka diajak untuk mengunjungi sebuah bungalo Kirana untuk memperhatikan kebutuhan di dalamnya, seperti bed runner dan sarung bantal tidur.
Presentasi langsung di hadapan calon klien dengan lokasi di luar Desa Mantar ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi teman-teman Mantar Berseri.