Awal Agustus 2024, Tim DiTenun kembali bertandang ke Institut Teknologi (IT) Del, Balige, Toba, Sumatra Utara, tempat kelahiran Digital Tenun Nusantara. Kali ini Tim DiTenun datang dengan dua agenda utama, yaitu Diseminasi Aplikasi DiTenun di IT Del dan pembukaan DiTenun Corner di toko oleh-oleh Batikta, Balige, Sumatra Utara.
Pelatihan sebagai Wujud Pengabdian kepada Masyarakat
Kamis, 1 Agustus 2024 pagi, Tim DiTenun dan sembilan mahasiswa tingkat akhir IT Del sudah bersiap di salah satu ruang kelas kampus. Tim bersiap menyambut para partonun, sebutan dalam bahasa Batak untuk penenun dari Desa Pintu Batu, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba. Sehari sebelumnya, Tim DiTenun dan tim mahasiswa IT Del telah berkumpul untuk mempersiapkan pelatihan ini.
Acara dibuka dengan sambutan dari pendiri DiTenun, Nancy Margried, M.Sc. Nancy menyatakan bahwa pelatihan ini bertujuan memberikan kesempatan kepada penenun untuk mengenal teknologi untuk dapat diintegrasikan dengan tradisi. Selanjutnya, dalam sambutan selanjutnya, Humasak Tommy Argo Simanjuntak, ST, M.ISD, Wakil Rektor III Bidang Kerja Sama Inovasi IT Del menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari implementasi tri dharma perguruan tinggi. “Pelatihan ini bertujuan agar para penenun tidak hanya menghasilkan produk, tapi juga memberikan gambaran pada penenun bahwa ada teknologi yang dapat membantu memberikan manfaat ekonomi,” ungkap Humasak.
Sementara itu, dalam sambutan berikutnya, Kepala Divisi Inovasi dan Kewirausahaan IT Del, Wesly Mailander Siagian, S.Pt, M.M, menyatakan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) IT Del. Program ini merupakan perwujudan proposal yang diajukan IT Del kepada Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA), yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM).
Asesmen Pelatihan Fitur Lidi Tenun Jungkit
Pelatihan yang bertajuk “Pelatihan Fitur Lidi Tenun Jungkit” ini dibuka dengan perkenalan fasilitator DiTenun, Gabriella Manurung, serta perkenalan 18 penenun yang hadir secara bergantian. Setelah itu, Tim DiTenun dan IT Del mengajak mereka untuk mengisi asesmen awal. Dari asesmen awal ini, panitia memahami bahwa sebagian besar penenun ini sehari-harinya berprofesi sebagai petani. Beberapa yang lain adalah wiraswasta dan agen ulos.
Dalam asesmen ini, diketahui bahwa tidak semua penenun menguasai semua teknik dan proses menenun. Ada yang hanya dapat mangani (menghani) serta membuat motif ikat dan mencelup benang, ada juga yang dapat melakukan mamutik berdasarkan contoh ulos yang sudah ada. Sebelum pelatihan, juga hanya sedikit yang dapat membaca kristik tenun dan mamutik berdasarkan kristik tersebut. Hanya satu penenun yang mengklaim dapat melakukan semuanya. Informasi ini diperlukan untuk menyesuaikan antara kebutuhan kain tenun yang akan dibuat dengan kemampuan penenun.
Selain itu, asesmen ini juga mencatat jumlah lidi maksimal yang biasa dipakai penenun dalam satu kali menenun selembar ulos. Ada yang menjawab paling sedikit enam ulos, ada juga yang paling banyak dapat menggunakan 50 lidi.
Ulos-ulos dengan teknik jungkit/dungkit ini umumnya dihargai Rp 800.000 hingga Rp 10 juta dengan waktu penyelesaian sekitar dua pekan hingga sebulan. Tiap penenun umumnya dapat menyelesaikan dua hingga empat kain tenun setiap bulan, dengan waktu dua jam hingga satu hari untuk menghasilkan satu motif tenun.
Fitur Lidi Tenun Jungkit dengan Delapan Lidi
Fitur lidi tenun jungkit dalam aplikasi DiTenun memang tergolong baru. Fitur yang terdiri dari delapan lidi ini bisa dibuat menjadi ratusan motif ulos. Modul lidi ini membantu penenun menghasilkan berbagai variasi motif dengan menggunakan sedikit lidi.
Hedrin S. Sitorus, salah satu mahasiswa IT Del yang menjadi pendamping penenun, memiliki latar belakang kemampuan mangirat, sehingga dapat menjadi fasilitator yang memandu di depan kelas. Selain Hedrin, terdapat tujuh mahasiswa IT Del lain yang membantu jalannya kelas hari itu, yaitu: Lusye Triksi Pasaribu; Greyssenly Ester Lya Simanjuntak; Ruth Theresia Simanjuntak; Sri Rahayu Saragih; Michael Napitupulu; Rachel Riris Rotua Damanik; dan Theresia Yolanda Hutabarat.
Dengan sabar, mereka membantu para penenun memulai modul lidi; membuat motif dengan modul lidi; melihat dan memilih hasil motif baru; serta menyimpan dan melihat detail motif. Pelatihan ini berlangsung hingga makan siang, kemudian dilanjutkan evaluasi oleh fasilitator, Gabriella.
Kelompok tenun yang dipimpin Elida Panjaitan ini kemudian memberikan sejumlah masukan. Artanida Panjaitan mengusulkan bahwa nomor lidi dan nomor mamutik dimasukkan pada lembar kerja aplikasi DiTenun. Ia juga berharap bahwa aplikasi ini dapat digunakan pada ponsel karena sebagian besar penenun tidak memiliki akses ke komputer. Sementara itu, penenun lain, Juniar Panjaitan, berharap bahwa warna benang juga dapat dimunculkan dalam aplikasi.
Motif-motif yang dihasilkan dalam pelatihan kemudian akan ditenun oleh para penenun ini. Rencana kedua, motif awal samsam dimasukkan ke aplikasi DiTenun, untuk kemudian diberi bunga-bunga baru. Hermindo Napitupulu, salah satu penenun, mengungkapkan apresiasinya untuk pelatihan ini. “Sangat bagus. Kami jadi mengenal adanya teknologi yang dapat memudahkan penenun membuat motif. Semoga ke depannya akan ada lagi yang serupa,” ucapnya.
Dalam penutupan pelatihan, Wesly Mailander Siagian, S.Pt, M.M, menyatakan bahwa berbagai masukan dari penenun telah dicatat sebagai dasar pengembangan fitur lidi dalam aplikasi DiTenun. Secara umum, Wesly berharap bahwa pelatihan ini dapat menjadi awal pengembangan perekonomian para penenun Toba.
Pembukaan DiTenun Corner
Bersamaan dengan pelatihan, Tim DiTenun dengan bangga membuka gerai pertama DiTenun di Balige, Toba, Sumatra Utara. Gerai bernama DiTenun Corner ini dibuka di toko oleh-oleh Batikta, di tepi jalan utama. Di gerai ini, tersedia aneka produk DiTenun khas dengan tenun batak, seperti blus dan kemeja Sadumora, lini semiformal yang terinspirasi dari Ulos Sadum. Tersedia juga kaos, serta aneka aksesori dan merchandise.
Hal yang tak kalah menarik, di DiTenun Corner, pengunjung dapat merancang sendiri motif kaos yang mereka inginkan dengan aneka stiker motif tenun dan mesin press yang tersedia. Tidak perlu khawatir, karena petugas Batikta siap membantu memprosesnya.
Pembukaan DiTenun Corner ini didukung oleh DelFM, radio Institut Teknologi Del, yang sempat berbincang dalam live streaming podcast. Dalam perbincangan ini, dengan bangga, pendiri DiTenun, Nancy Margried memperlihatkan aneka produk DiTenun yang diciptakan dari ulos buatan tangan, dengan motif yang dikreasikan dengan aplikasi DiTenun. Perbincangan tersebut dapat disimak kembali di sini.