DiTenun

Pendampingan DiTenun di Mantar, Sumbawa Barat

Artikel/

DiTenun: Teknologi Kecerdasan Buatan untuk Penenun Tradisional Indonesia


Nancy Margried menulis tentang teknologi baru yang memudahkan penenun mengembangkan desain mereka.

Produk kerajinan tradisional, termasuk tenun, sebenarnya bukan hal yang berseberangan dengan teknologi. Bahkan, menenun sebenarnya adalah teknik untuk memproduksi kain dengan bantuan teknologi alat tenun. Sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi selalu mendukung penciptaan kain tenun selama ribuan tahun. 

Menurut Google Art and Culture, teknologi digunakan dalam produksi tenunan tekstil sejak awal abad ke-19 di Jerman dan Inggris. Meski demikian, kemajuan teknologi dan studi terlihat seperti membuat penenun tradisional tertinggal. Menurut pengalaman penulis yang bekerja di tekstil tradisional Indonesia selama lebih dari sepuluh tahun, tradisi dan filosofi kerja pengrajin membatasi pengembangan teknologi. Selain itu, lokasi pengrajin tradisional di daerah terpencil juga menghambat penetrasi teknologi. 

Sebagai respons terhadap hal ini, beberapa kelompok nonkonvensional telah mencoba melestarikan tradisi kuno ini dengan menggunakan teknologi. Salah satunya adalah DiTenun. DiTenun adalah aplikasi kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan pola tenunan yang tak terbatas berdasarkan koleksi data tenunan. Data tersebut terdiri dari pola tenunan tradisional dari seluruh Indonesia. 

DiTenun adalah singkatan dari Digital Tenun Nusantara. Awalnya, aplikasi ini merupakan hasil penelitian kolaboratif dari startup teknologi dan seni Indonesia yang disebut Batik Fractal Indonesia dan Institut Teknologi Del pada tahun 2015. Ide awalnya adalah menciptakan aplikasi digital untuk membantu pengrajin tradisional di seluruh Indonesia untuk menciptakan pola baru berdasarkan pola lokal mereka. 

Dasar dari aplikasi ini adalah perkembangan basis data pola tradisional, yang akan berkontribusi membangun perpustakaan pola tenunan asli yang mudah diakses. Penelitian ini didanai oleh LPDP (Indonesia Endowment Fund for Education) di bawah platform RISPRO (Innovative and Productive Research Fund).

Pada akhir proyek pengembangan aplikasi ini pada tahun 2021, kelompok penenun dapat mengakses fungsi lengkap dari DiTenun App Beta yang berisi database pola tenun tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Pada akhirnya, pengguna yang tidak mahir menggunakan teknologi atau tinggal di desa dapat memiliki lembar kerja berwarna yang dicetak, yang dapat mereka gunakan untuk membuat pola tenun baru untuk pembeli. Langkah selanjutnya yang tidak mudah adalah membiasakan para penenun dengan teknologi ini dengan infrastruktur teknologi yang belum berkembang di pedesaan Indonesia.

Peran AI di DiTenun bukanlah untuk menggantikan kreativitas manusia, melainkan mengotomatisasi keterampilan dan melestarikan pengetahuan asli, serta mendorong agar pengetahuan budaya akan terus hidup dari generasi ke generasi.

***

Artikel lengkap dapat diakses di garlandmag.com.