Di teknik ikat, benang pakan dan lungsi diwarnai dengan cara mengikat dan mencelupnya untuk membentuk motif kain. Ada tiga jenis kain tenun ikat, yaitu ikat lungsi, ikat pakan, dan ikat ganda yang tersebar di seluruh Indonesia.
Motif kain dibentuk dengan mengikat dan mewarnai benang lungsi (vertikal) di kain sebelum ditenun
Motif kain dibentuk dengan mengikat dan mewarnai benang pakan (horizontal) di kain sebelum ditenun
Motif dibentuk dari gabungan benang lungsi dan pakan yang sudah diwarnai, termasuk teknik yang langka di dunia
Serupa galeri, Ulos Harungguan adalah ruang pamer sekaligus rekam jejak kecakapan perajin dalam membuat motif. Berisi minimal 15 motif, hanya penenun berpengalaman yang bisa membuat kain ini. Setiap kain adalah rangkuman keelokan wastra Batak yang bisa dikenakan.
Pakan tambah umum dipakai di wastra rumpun melayu. Dengan teknik ini, motif dibuat dengan menambahkan benang pakan (horizontal) berwarna ke kain tenun yang telah jadi.
Seperti motifnya yang meriah, Ulos Sadum menyimbolkan suka cita dan harapan orang tua pada anak-anaknya. Motif bunga, gorga, dan makhluk hidup mengisi kain Ulos Sadum. Karena difungsikan sebagai penyemangat hidup, Ulos Sadum dipakai dalam busana keseharian orang Batak.
Puca adalah satu bagian tenun songket yang terdapat pada Ulos Ragidup. Karena penggunaan Ulos Ragidup diatur dalam tradisi yang ketat, kini perajin ulos mengembangkan motif Puca yang lebih fleksibel untuk dieksplorasi. Umumnya Ulos Puca dipakai sebagai setelan sarung dan selendang untuk perempuan.
Berkebalikan dari pakan tambah, motif di kain-kain lungsi tambah dibuat dari benang-benang lungsi (vertikal) di kain tenun yang sudah jadi.
Dibuat dengan menumpuk minimal dua benang beda warna untuk ditenun ke kain dengan mengangkat masing-masing benang secara bergantian. Umumnya membentuk motif geometris sederhana berulang atau berupa garis ke arah lungsi (vertikal), hampir bisa ditemukan di semua kain Ulos Batak sebagai hiasan tambahan.