DiTenun

Penandatangan MoU dengan Universitas Cordova untuk berkerjasama melalui program magang

Artikel/

Memetakan Stakeholders di Desa Mantar untuk Memajukan Sentra Tenun Lokal

Tim survei DiTenun memutuskan untuk memusatkan program pendampingan awal di Desa Mantar, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Pemilihan ini dilatarbelakangi potensi pengembangan hingga komersialisasi produk yang cukup strategis di desa yang penduduknya merupakan suku asli Samawa ini. 

Berdasarkan survei tim DiTenun pada November 2021, produksi tenun di Desa Mantar awalnya hanya berfokus di tenun gedogan. Pengembangan tenun Mantar 100% didukung bantuan pemerintah daerah melalui dinas perdagangan dan lembaga desa, termasuk penyediaan alat. Kondisi ini merupakan konsekuensi dari ekosistem yang belum terbentuk dan belum bertemunya supply dan demand produk tenun di Desa Mantar.

Oleh karena itu, didukung pendampingan dan komersialisasi produk tenun, Mantar cukup berpotensi menjadi desa wisata dengan program berkelanjutan. Potensi ini mendapat dukungan dari kepala Desa Mantar yang cukup progresif dan antusias dalam pengembangan tenun. 

Dibandingkan dengan Desa Labuan Kertasari yang juga menjadi tujuan survei DiTenun, pendampingan di Desa Mantar dirasa lebih mendesak. Selain ditujukan untuk memajukan tenun Mantar, pendampingan ini diharapkan dapat mengurangi potensi konflik antarsuku. 

Di samping itu, dukungan CSR dari Amman kepada komunitas, perajin, karang taruna, dan badan usaha milik desa (bumdes) di Desa Mantar sangat dibutuhkan untuk membentuk ekosistem produksi dan komersialisasi yang baik dan berkelanjutan.

Memetakan Stakeholders di Mantar

Setelah melakukan survei ke beberapa lembaga, tim DiTenun kemudian memetakan beberapa stakeholders yang diundang untuk bekerja sama dalam program pendampingan. Berikut para  stakeholders tersebut beserta potensinya masing-masing.

  • Pemerintah daesa/badan usaha milik desa yang menyambut positif ajakan DiTenun untuk memajukan komunitas penenun asli Desa Mantar. Bumdes dan Karang Taruna dapat menjadi institusi yang menjalankan manajemen produksi, pengaturan manajemen internal dalam produksi, serta pemasaran.
  • Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan karang taruna yang dapat menjadi pendukung dalam pengembangan sentra tenun Desa Mantar. Apalagi di Desa Mantar juga terdapat potensi wisata paralayang yang sudah mulai dikembangkan. Wisatawan dapat berkunjung ke Desa Mantar untuk melihat proses tenun dan membeli produk tenun.
  • Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Dekranasda) yang berkomitmen menyediakan alat tenun bukan mesin (ATBM) dan bahan baku, serta mengadakan pelatihan untuk para penenun gedogan dan ATBM.
  • Universitas Cordova yang berperan penting dalam sinergi dan pengembangan inovasi dan creative hubs di Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan adanya stakeholder pendidikan ini, pengembangan dan regenerasi industri berbasis budaya dapat dilaksanakan dan diteruskan oleh orang lokal. 
  • SMK 1 Taliwang yang juga merupakan teaching factory adalah stakeholder yang sangat penting untuk memperkuat sentra tenun Desa Mantar. SMK ini memiliki fasilitas produksi sederhana untuk tujuan komersialisasi produk, seperti mesin cetak dan studio foto produk mini. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan produk turunan pelengkap koleksi produk tenun Desa Mantar.
  • Ikatan Wanita Pengusaha (IWAPI) Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berpotensi untuk pemasaran dan komersialisasi produk tenun. Kerja sama dengan IWAPI diharapkan dapat memperkuat publikasi di kalangan pengguna fesyen yang dapat berjejaring hingga tingkat nasional. 

Dengan sinergi dan pengembangan inovasi serta dukungan dari para stakeholders ini, pengembangan sentra tenun Desa Mantar dapat dijalankan dan diharapkan terus dikembangkan oleh masyarakat lokal.