DiTenun

Proses menggulung benang dalam pendampingan DiTenun di Mantar, Sumbawa Barat

Artikel/

Proses Panjang Pelatihan Tenun Mantar Berseri 

Bunyi ayunan alat tenun akhirnya mulai terdengar dari Rumah Tenun Mantar. Setelah lama dinanti, sejak Senin, 15 Mei 2023 lalu, Kelompok Tenun Mantar Berseri mulai berlatih menenun. Bagi sebagian peserta, ini merupakan pelatihan tenun pertama mereka.

Didampingi M Maliki, pemilik Galeri Sentosa Sasak Tenun dan penenun asal Pringgasela, Lombok Timur, sebelas peserta yang terdaftar mulai berproses menciptakan kain tenun khas Mantar. Selain mereka, ada beberapa warga Mantar lain yang juga silih berganti mengikuti atau sekadar menengok kelas.

Terkendala Benang Basah

Pelatihan hari pertama dan kedua, 15—16 Mei 20 dimulai dengan penjemuran benang karena sebagian bahan baku benang yang dipesan ternyata datang dalam kondisi masih basah. Kondisi ini membuat proses pengelosan benang menjadi sedikit tertunda. Pengelosan dibutuhkan untuk memudahkan benang sehingga lebih mudah diproses dan tidak mudah putus.

Namun, karena sulitnya memproses benang yang tadinya masih basah ini, teman-teman Mantar Berseri kemudian memutuskan untuk menggunakan benang dengan kualitas lebih baik. Sebelumnya, benang-benang ini tersimpan di lemari Rumah Tenun Mantar.

Dibutuhkan 100 kelos benang untuk membuat satu kain 25 meter pada satu alat tenun bukan mesin (ATBM). Dengan demikian, teman-teman Mantar Berseri harus memproses 200 kelos benang untuk ditenun. Oleh karena itu, benang yang digunakan memang harus sudah siap diproses dan dalam kualitas baik.

Berbagi Tugas

Panjangnya proses sebelum menenun membuat semua peserta harus berbagi tugas. Saat beberapa peserta masih mengelos, beberapa peserta lain mengerjakan proses selanjutnya, yaitu mengelos benang pada erekan. Erekan ini tersambung pada sisir kres yang berperan memilah benang agar lebih mudah diproses pada alat hani. Selanjutnya, benang-benang lungsi ini kemudian digulung pada bum alat hani.

Gulungan benang pada bum besar ini kemudian yang akan diolah pada ATBM. Setelah itu, proses selanjutnya adalah memasukkan gun ke kamran. Setelah selesai, mereka beralih ke proses selanjutnya, yaitu mencucukkan benang lungsi pada gun dengan rumus tertentu, lalu mencucukkannya pada sisir ayunan ATBM. Terdapat ribuan lubang gun sehingga peserta harus mengerjakannya dengan sabar.

Setelah kurang lebih empat hari teman-teman Mantar Berseri menjalani proses persiapan tenun ini, pada Jumat, 19 Mei 2023, akhirnya mereka baru memulai proses menenun. Proses ini pun bukan berarti mudah. Menyesuaikan gerak kaki dan ayunan tangan, hingga merapikan benang serta menyesuaikan susunan benang dengan motif menjadi tantangan tersendiri. Tidak jarang terjadi, mesin ATBM tiba-tiba tidak bisa dioperasikan, atau terjadi benang putus saat ditenun sehingga harus disambung lebih dulu. Proses penyambungan benang ini pun harus menggunakan teknik tertentu sehingga benang tidak tersangkut pada sisir ATBM.

Pentingnya Mekanik

Agar proses menenun berjalan lancar, diperlukan mekanik atau teknisi yang berperan mengondisikan ATBM sehingga dapat bekerja dengan baik. Ini mengapa, meski terdapat dua mesin ATBM di Rumah Tenun Mantar, namun pada beberapa hari di awal, baru satu mesin yang dapat digunakan untuk berlatih. Sementara mesin lain masih harus terus diperbaiki dengan mengganti beberapa bagian ATBM.

Di sinilah pentingnya peran mekanik atau teknisi yang harus siap memperbaiki mesin kapan pun diperlukan. Namun, peran ini belum dapat dijalankan secara maksimal. Meski musim panen di Mantar umumnya sudah selesai, tapi kesibukan lain di luar pelatihan membuat tidak semua peserta dapat fokus mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Beberapa peserta yang juga berprofesi sebagai staf desa tidak jarang hanya dapat datang setengah hari, atau bahkan sama sekali tidak dapat hadir karena kegiatan lain di ladang.

Kondisi ini nantinya perlu disiasati bersama. Misalnya, dengan mencari peserta selain staf desa yang dapat berdedikasi untuk kegiatan tenun